‎Misteri Tumulus Pamoseang: Jejak Peradaban Ribuan Tahun di Mamasa

‎[Gambar: Korea.net]

MAMASA,—Keberadaan puluhan makam tua berbentuk gundukan tanah dan batu di Dusun Pamoseang, Desa Pamoseang, Kecamatan Mambi, Kabupaten Mamasa, merupakan sebuah temuan yang sangat berharga, tidak hanya bagi masyarakat lokal, tetapi juga bagi sejarah dan arkeologi Indonesia secara keseluruhan. Diduga sebagai makam kuno berusia ribuan tahun, situs ini menyimpan potensi besar untuk mengungkap jejak budaya masa lalu yang selama ini belum terdokumentasi secara ilmiah.

‎‎Struktur makam yang terdiri dari lapisan tanah di bagian luar dan batu kali di bagian dalam, serta ukurannya yang bervariasi antara 2–5 meter dengan tinggi 60–100 cm, menunjukkan ciri-ciri yang mirip dengan bentuk pemakaman kuno yang dikenal sebagai tumulus. Ini adalah bentuk pemakaman prasejarah yang telah ditemukan di berbagai belahan dunia dan seringkali dikaitkan dengan kebudayaan masyarakat masa lampau yang memiliki tradisi pemakaman monumental.

‎Keunikan dari situs makam di Pamoseang ini terletak pada kondisinya yang masih utuh dan tersebar dekat dua aliran sungai, yaitu Sungai Maerang dan Sungai Mambie. Lingkungan alam seperti ini biasanya dipilih secara sakral oleh masyarakat tradisional sebagai tempat peristirahatan terakhir, menunjukkan bahwa pemilihan lokasi pun tidak sembarangan.

‎‎Sayangnya, hingga saat ini belum ada penelitian arkeologis resmi yang dilakukan di lokasi ini. Padahal, penggalian dan kajian ilmiah sangat diperlukan untuk mengidentifikasi umur, fungsi, serta nilai historis dan budaya dari makam tersebut. Ini juga penting untuk mengetahui apakah makam-makam ini terkait dengan peradaban lokal tertentu atau bahkan memiliki keterkaitan dengan jalur budaya Austronesia yang melintasi Sulawesi.

‎Pemerintah daerah dan pihak terkait seharusnya segera mengambil langkah untuk melindungi dan meneliti situs ini. Pendokumentasian, pelestarian, serta keterlibatan masyarakat lokal dalam menjaga situs ini sangat penting. Di sisi lain, pendekatan yang hati-hati dan penuh hormat terhadap nilai-nilai kearifan lokal perlu dijaga agar tidak menimbulkan konflik kepentingan antara pelestarian budaya dan kepercayaan masyarakat setempat.

‎Dengan perhatian dan penanganan yang tepat, situs makam kuno Pamoseang bukan hanya bisa menjadi sumber pengetahuan sejarah yang luar biasa, tetapi juga berpotensi menjadi destinasi edukatif dan wisata budaya yang memperkaya identitas Kabupaten Mamasa. Maka dari itu, mari kita jaga, teliti, dan wariskan pengetahuan ini kepada generasi mendatang.

‎Lebih jauh lagi, pelestarian situs makam kuno ini bisa menjadi titik awal kebangkitan kesadaran sejarah lokal. Selama ini, banyak peninggalan leluhur yang terabaikan karena keterbatasan informasi, perhatian pemerintah yang minim, atau kurangnya pemahaman masyarakat akan pentingnya warisan budaya. Padahal, situs-situs seperti makam di Pamoseang adalah saksi bisu dari perjalanan panjang peradaban manusia di wilayah Sulawesi Barat.

‎Penting untuk dipahami bahwa pemakaman kuno bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga mencerminkan sistem kepercayaan, struktur sosial, dan nilai-nilai budaya masyarakat masa lampau. Penelitian terhadap makam ini berpotensi membuka wawasan tentang siapa penghuni wilayah ini ribuan tahun lalu, bagaimana mereka hidup, serta bagaimana mereka memandang kematian dan kehidupan setelahnya.

‎‎Jika benar bahwa struktur makam ini termasuk dalam kategori ‘tumulus’, maka situs ini bisa dikaitkan dengan jaringan tradisi megalitik yang tersebar di Asia Tenggara, termasuk di wilayah Toraja, Sumba, hingga Nias. Ini akan menjadi temuan penting yang bisa memperkuat posisi Mamasa dalam peta arkeologi nasional maupun internasional.

‎Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antara pemerintah daerah, Balai Arkeologi, komunitas sejarah, akademisi, serta masyarakat lokal untuk mengambil langkah nyata. Beberapa langkah awal yang bisa dilakukan meliputi:

‎1. Pendataan dan Pemetaan Situs

‎ Lokasi dan kondisi fisik seluruh makam harus dicatat secara sistematis untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

‎2. Penelitian Arkeologis Resmi Mengundang tim arkeolog profesional untuk melakukan ekskavasi terbatas dan analisis awal.

‎3. Edukasi dan Pelibatan Masyarakat Memberikan pemahaman kepada warga sekitar mengenai pentingnya situs makam ini sebagai warisan tak ternilai.

‎4. Perlindungan Hukum dan Fisik Menetapkan kawasan tersebut sebagai situs cagar budaya sementara sambil menunggu hasil penelitian lebih lanjut.

‎‎5. Pengembangan Wisata Edukatif

‎ Jika memungkinkan, situs ini dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata budaya berbasis masyarakat yang tetap menghormati nilai sakralnya.

‎Di tengah arus modernisasi yang terus berkembang, keberadaan situs-situs kuno seperti makam di Dusun Pamoseang adalah pengingat akan akar sejarah yang tidak boleh dilupakan. Kita punya tanggung jawab moral dan intelektual untuk menjaga warisan ini, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk generasi yang akan datang. Maka dari itu, mari kita dorong langkah-langkah konkret demi memastikan bahwa situs ini tidak hilang tertelan zaman, tetapi justru menjadi kebanggaan baru Kabupaten Mamasa dan Indonesia.

TAKBIR SALUANG